PASKAH, Pondasi Keimanan Kristen Budaya Pagan?
Setiap tahun umat Kristen merayakan Paskah. Hampir semua gereja di
muka bumi ini menggelar berbagai macam acara menyambut Hari Raya Paskah
ini, mulai dari lomba-lomba, pentas seni, membagi telur paskah, dan lain
sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai ucapan syukur atas peristiwa luar
biasa dahsyat yang terjadi 2000 tahun yang lalu. Apa peristiwa ‘luar
biasa dahsyat’ tersebut? Inilah yang akan kita kupas dalam tulisan ini.
Paus Leo Agung (440-461) menekankan pentingnya Paskah dan
menyebutnya festum festorum – perayaan dari semua perayaan, dan berkata
bahwa Natal hanya dirayakan untuk mempersiapkan perayaan Paskah.
Bagaimana awal mula perayaan ini dan urgensinya bagi umat Kristen, akan dibahas secara singkat dalam tulisan ini.
Umat Kristen menyebut Paskah sebagai Easter. Sedangkan umat Yahudi
juga memperingati Paskah yang mereka sebut Pesach. Walaupun keduanya
berlangsung pada waktu yang hampir bersamaan, namun Paskah umat Kristen
dan Yahudi berbeda.
Pesach/Passover
Pesach / Paskah (Ibrani) adalah perayaan Yahudi yang diadakan pada
tanggal 14 bulan Nisan (bulan Yahudi) sebagai peringatan keluarnya
bangsa Israel dari tanah Mesir dibawah nabi Musa as atau yang dikenal
dengan Exodus. Malam sebelumnya, Tuhan menyuruh mereka mempersembahkan
korban anak domba dan makan roti tidak beragi dimana darah anak-domba
itu digunakan untuk memberi tanda pada rumah-rumah orang Yahudi untuk
membedakannya dengan rumah-rumah orang Mesir (Kel. 12:1-28).
Easter
Sedangkan Paskah (Easter) adalah perayaan umat Kristen untuk
memperingati kebangkitan Yesus. Tanggalnya berubah-ubah tapi pasti jatuh
di hari minggu, sehingga disebut Minggu Paskah. Istilah Easter berakar
dari bahasa Inggris Kuno Ēastre atau Ēostre. Nama ini mengacu pada nama
Dewi Ēostre/ Astarte dari budaya Anglo-Saxon di Jerman. Festivalnya
disebut Ostara, yakni untuk menghormati Astarte (dewi kesuburan) yang
berlangsung di awal musim semi. Simbol kelinci dipakai sebagai lambang
kesuburan karena kelinci adalah binatang yang mudah beranak-pinak. Dan
telur sebagai simbol awal kehidupan.
Easter, sebuah festival untuk menghormati Astarte, dewi
kesuburan, yang dilambangkan kelinci dan telur sebagai simbol-simbol
kesuburan umum dalam budaya pagan. (Encyclopedia Britannica, 1982
Edition, vol. 4, halaman 501.)
Yesus seperti yang telah dibahas dibeberapa tulisan yang lalu, adalah
berasal dari bani Israel yang beragama Yahudi. Ia mengikuti agama nabi
Musa as juga seluruh tradisi agama Yahudi termasuk Pesach. Hal ini
terbukti dengan peristiwa Perjamuan Malam yang dilakukannya sesuai
ritual Yahudi dengan menggunakan roti tak beragi (Luk. 22:7-38).
Perjamuan Malam ini kemudian hari oleh umat Kristen disebut sebagai
Perjamuan Kudus.
Sinkretisme
Lalu bagaimana budaya Pagan “Easter” berubah menjadi hari Kebangkitan
Yesus sebagai Tuhan? Disinilah letak titik kritis dari pondasi keimanan
Kristen. Dari semula Yesus telah melarang murid-muridnya untuk
menyebarkan risalah yang dibawanya kepada orang-orang diluar bani
Israel. Agama Yahudi adalah khusus untuk bani Israel dan Yesus
memerintahkan muridnya mencari duabelas suku yang hilang dari bani
Israel bukan untuk menyebarkan pada bangsa selain Israel.
Namun ini dilanggar. Paulus yang bukan murid Yesus tapi justru
pemburu/pembunuh pengikut Yesus, mengaku sebagai murid dan ikut-ikutan
menyebarkan risalah Yesus. Apa yang disampaikan oleh Paulus pada
pengikutnya tentulah berbeda dengan apa yang diajaran Yesus. Yesus
melarang minum khmr tapi Paulus justru membolehkan. Yesus mewajibkan
khitan, justru Paulus melarang. Yesus mengajarkan monotheisme Paulus
mengajarkan dualisme (Tuhan Ayah dan Tuhan Anak). Dan Paulus inilah yang
pertamakali menyebarkan ajaran Yesus keluar dari bani Israel. Ia
menyebarkannya kepada bangsa Romawi.
Imperium Romawi sangat kuat akan budaya paganis. Agama mereka adalah
menyembah Dewa Matahari, Sol Invictus. Ketika agama baru Kristen yang
disebarluaskan oleh Paulus lambat laun memasuki wilayah tersebut maka
terjadilah perbenturan-perbenturan budaya yang hampir membelah Roma.
Sehingga atas dasar kepentingan politik demi keutuhan imperium Roma maka
diselenggarakanlah Konsili Nicea 325M. Pertentangan Yesus manusia atau
Tuhan dalam Konsili ini akhirnya memutuskan bahwa Yesus adalah Tuhan
Anak. Inilah solusi yang dilakukan Konstantin penguasa tertinggi Romawi
untuk menyelamatkan imperiumnya. Ia membuat agama Hybrid, mencampurkan
polyteisme yang berasal dari agama pagan dan monoteisme yang berasal
dari agama Yahudi dalam suatu konsep baru yang disebut Trinitas. Tiga
dalam satu, satu dalam tiga.
Lalu bagaimana membuat ‘benang merah’ antara Yesus yang dikenal luas
sebagai manusia dan Yesus sebagai tuhan. Maka dalam konsili yang di
pimpin oleh Kaisar Konstantin tersebut menetapkan hari Paskah (Easter)
sebagai hari kebangkitan Yesus. Yesus dikatakan mati setelah disalib
lalu dikuburkan dan setelah tiga hari kemudian bangun/bangit dari
kematian untuk naik ke langit dan duduk di kanan tuhan Bapa. Manusia
biasa tidak mungkin melakukan hal tersebut, sehingga masuk akal lah
Yesus adalah tuhan. Hari Paskah harus dirayakan tepat pada hari minggu
walaupun tanggalnya selalu berubah-ubah.
Umat Kristen telah mengubah konsep ritual Pesakh yang sebenarnya
mengenang keluarnya bani Israel dari perbudakan di Mesir menjadi
penebusan dosa. Jika dalam agama Yahudi yang dikorban adalah seekor
domba. Maka dalam keyakinan baru ini, Yesus lah pengganti domba.
Ekaristi yang diambil dari peristiwa Jamuan Malam adalah jamuan kudus
yang menyimbolkan roti sebagai tubuh Yesus dan anggur sebagai darah.
Kembali lagi ini masih berkaitan dengan tradisi Pagan, dengan kisah Cult
Dionysious, dewa anggur yunani yang mati dan jadi immortal. Bahkan
sesajian manusia dan pengorbanan darah untuk menebus dosa dan
menyenangkan tuhan/dewa adalah juga tradisi Pagan.
Paulus mengatakan demikian,
“Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang
baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga
telah disembelih, yaitu Kristus.” (1 Kor. 5:7).
Istilah-istilah sehubungan dengan Paskah (Easter) antara lain:
- Masa Pra Paskah, yakni 40 hari sebelum Minggu Paskah.
- Pekan Suci, yakni sepekan sebelum Minggu Paskah.
-
Minggu Palem, yakni hari Minggu pertama dalam Pekan Suci. Hari ini memperingati masuknya Yesus ke kota Yerusalem menaiki seekor keledai.
- Kamis Suci, memperingati Perjamuan Malam terakhir Yesus
-
Jumat Agung, memperingati kematian Yesus
- Sabtu Suci atau Sabtu Sunyi, memperingati hari pada saat Yesus di dalam kuburan.
Tiga hari terakhir ini (Kamis, Jumat dan Sabtu) sebelum Minggu Paskah disebut sebagai Trihari Suci atau Triduum Paskah.
- Pekan Paskah adalah tujuh hari setelah
Minggu Paskah. Yang masing-masing diberi akhiran Paskah, seperti “Senin
Paskah”, “Selasa Paskah”, hingga “Oktaf Paskah”, yaitu hari Minggu
setelah Minggu Paskah.
- Masa Paskah adalah 40 hari (yang kemudian diperpanjang menjadi 50 hari) yang diakhiri dengan
hari Pentakosta (hari ke-50).
Sebagian gereja Kristen menolak perayaan Natal Dan Paskah, contoh
adalah Gereja Yesus Sejati (true jesus church). Mereka juga tidak
mempercayai dengan konsep trinity seperti halnya Kristen Saksi Jehova.
Inilah peristiwa yang diawal tulisan saya sebut sebagai “luar biasa
dahsyat”. Penyimpangan ajaran monoteisme dan polyteisme yang di mix
sedemikian rupa sehingga membuahkan sebuah ajaran hybrid dengan konsep
tiga tapi satu, satu tapi tiga. Serta pengesahan seorang manusia menjadi
Tuhan. Maka seperti yang diucapkan Paus Leo Agung (440-461), demikian
pentingnya peringatan Paskah bagi umat Kristen sebagai dasar/pondasi
iman Kristen. Paskah lebih penting ketimbang Natal. Jika Natal
bermasalah pada tanggal kelahiran. Sedangkan Paskah berbicara tentang
penebusan dosa dan kebangkitan. Tanpa kematian Yesus maka tidak ada
penebusan dosa, tanpa kebangkitan maka Yesus bukan Tuhan.
Di muat di Tabloid Media Ummat
Rubrik: Kristologi – Hj.Irena Handono